Skoliosis merupakan kondisi tulang belakang yang dialami oleh jutaan orang di seluruh dunia. Skoliosis terjadi ketika tulang belakang melengkung secara abnormal, membentuk bentuk “S” atau “C”. Kondisi ini dapat mempengaruhi postur tubuh dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Namun, dengan terapi yang tepat, skoliosis dapat diatasi dengan cukup baik, termasuk mencegah bertambahnya kelengkungan, hingga mengurangi derajat kelengkungan pada kondisi tertentu ketika dilakukan dengan tepat, pada usia yang tepat. Sebelum memahami lebih jauh tentang Terapi Skoliosis, sangat penting bagi kita untuk mengerti proses mendiagnosis Skoliosis.
Skoliosis dapat didiagnosis melalui berbagai metode, seperti pemeriksaan fisik dan sinar-X. Proses diagnosis skoliosis dimulai dengan pemeriksaan fisik oleh profesional (dokter atau praktisi skoliosis). Skolioser akan menjalani pemeriksaan postur tubuh, pemeriksaan refleks, dan pemeriksaan ketidakseimbangan otot. Praktisi skoliosis juga akan menanyakan tentang gejala dan riwayat keluarga yang mungkin terkait dengan skoliosis.
Setelah pemeriksaan fisik, apabila diperlukan, Praktisi Skoliosis akan melakukan pemeriksaan radiologi dengan menggunakan sinar-X. Pemeriksaan ini akan membantu mengidentifikasi apakah ada kelengkungan abnormal di tulang belakang. Selain itu, sinar-X juga membantu melihat lebih detil tentang derajat kelengkungan tulang belakang.
Lebih lanjut, jika klien mengeluhkan adanya ketidak-nyamanan, hingga rasa nyeri yang muncul akibat skoliosis, praktisi mungkin akan menyarankan pemeriksaan lanjutan dengan MRI atau CT-Scan untuk melihat sejauh mana proses skoliosis menimbulkan kelainan pada sistem saraf dan pendukung di tulang belakang. Pada klien dengan usia lanjut, disarankan untuk menjalani pemeriksaan Osteoporosis (Bone mass density) untuk memeriksa apakah Skoliosis muncul akibat proses degeneratif pada tulang.
Di dunia, terapi skoliosis konservatif dengan Scoliosis Brace dan Specific Exercise menjadi salah satu metode pengobatan yang terbukti efektif dan memiliki resiko yang lebih rendah. Terapi ini melibatkan penggunaan alat bantu khusus dan latihan dengan gerakan spesifik yang bertujuan untuk membantu mengkoreksi kelengkungan tulang belakang dan menjaga stabilitas tulang belakang agar kelengkungan tidak bertambah. SYNERGY CST Bandung adalah pusat terapi skoliosis konservatif yang telah memberikan solusi kepada banyak skolioser di Indonesia.
Salah satu Specific Exercise di SYNERGY CST adalah dengan metode Schroth, yang dikembangkan oleh Katharina Schroth, seorang fisioterapis Jerman pada tahun 1921. Schroth Method Exercise adalah latihan 3 dimensi, yang menggabungkan latihan koreksi tulang belakang dan latihan pernapasan yang spesifik. Terapi ini bertujuan untuk membantu memperbaiki postur tubuh dan memperkuat otot yang tidak seimbang. Metode Schroth yang dikembangkan menjadi Specific Exercise di SYNERGY CST adalah metode terapi skoliosis konservatif yang sudah dirasakan manfaatnya oleh banyak Skolioser di studio kami.
Tentu saja, terapi skoliosis konservatif dan operatif memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Terapi skoliosis konservatif membutuhkan waktu yang lebih lama dan memerlukan dedikasi penuh dari klien dalam menjalankan program terapi, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Dalam memilih metode terapi yang tepat untuk mengatasi skoliosis, penting untuk berkonsultasi dengan praktisi skoliosis yang berpengalaman dan terlatih dalam menangani kasus skoliosis. Praktisi dapat membantu menentukan metode terapi yang paling sesuai dengan kondisi klien dan derajat kelengkungan tulang belakang.
Di Indonesia, terdapat beberapa organisasi dan komunitas yang didedikasikan untuk membantu pasien skoliosis, seperti Skoliosis Indonesia dan Indonesian Scoliosis Foundation. Organisasi-organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang skoliosis dan memberikan dukungan bagi pasien skoliosis dalam mengatasi masalah ini.